A. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN MEDIA
BK
Sadiman (2002) menyatakan bahwa kegiatan belajar
dan kegiatan layanan bimbingan dan
konseling di kelas pada dasarnya adalah proses komunikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa konselor atau guru pembimbing sebagai sumber informasi
memiliki kebutuhan untuk menyampaikan informasi (materi bimbingan dan
konseling) kepada siswa sebagai penerima informasi. Penyampaian informasi ini
dapat melalui cara-cara biasa seperti berbicara kepada siswa, atau melalui
perantara yang disebut sebagai media.
Briggs (Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar dan atau menerima layanan bimbingan dan konseling. Definisi
tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah
segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Kemudian Menurut
Wina Sanjaya (2012: 57)
media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya
video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut, dalam kegiatan layanan bimbingan
dan konseling dikenal pula istilah media
bimbingan dan konseling. Suyitno (1997) menyatakan bahwa media bimbingan
dan konseling adalah suatu peralatan
baik berupa perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai alat
bantu bimbingan dan alat bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam kegiatan
layanan bimbingan dan konseling, maka
media bimbingan ini akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing materi
bimbingan dan konseling yang akan disajikan juga memperhatikan karakteristik
siswa.
Media komunikasi yang dimaksud adalah media
untuk membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Beberapa media
yang dimaksud adalah papan bimbingan, kotak masalah, Permainan Halma Manusia,
Komputer (internet), peralatan audio seperti tape recorder dan peralatan visual
seperti VCD/DVD.
Sri Lestari Soetojo (2012) dalam penggunaan media bimbingan dan konseling seorang konselor perlu memperhatikan
berbagai hal sebagai berikut ini:
1. Analisis kebutuhan/permasalahan siswa
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:9), penyusunan program
bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dengan analisis kebutuhan (need asasmen). Need Asasmen digunakan
untuk mengidentifikasi aspek-aspek kebutuhan peserta didik. Kegiatan asasmen
meliputi hal-hal berikut ini:
a. Asasmen
lingkungan yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan sekolah dan
masyarakat, sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan program BK, kondisi dan
kualifikasi konselor dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Asasmen
kebutuhan peserta didik yang terkait dengan karakteristik peserta didik seperti
aspek-aspek fisik. Kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar.
Minat peserta didik, masalah yang dialami, kepribadian dan tugas
perkembangannya. Hasil dari
need asasmen direkap, dianalisis dan diinterpretasi dan diadministrasikan
sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam perencanaan media BK yang akan
digunakan.
2. Penentuan tujuan yang akan dicapai
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 11), rumusan tujuan yang akan dicapai adalah perilaku yang harus dikuasai oleh
peserta didik setelah memperoleh layanan BK. Tujuan hendaknya dirumuskan secara
jelas dan tujuan tersebut dapat tercapai melali pelayanan konseling.
3. Analisis situasi dan kondisi sekolah
4. Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan
5. Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan
6. Perkiraaan biaya yang dimiliki sekolah
Yaitu memperkirakan banyak sedikitnya biaya yang dibutuhkan untuk membuat
media yang akan dipakai. dalam membuat media sebaiknya menggunakan biaya yang
tidak mahal dan bisa dijangkau oleh semua siswa.
7. Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam penggunaan media bimbingan dan
konseling
8. Waktu dan tempat untuk digunakannya media bimbingan dan konseling.
Selanjutnya, menurut
Muhammad Rohman dan Sofan Amri (2013: 122), langkah-langkah dalam pemilihan
media pembelajaran ada 6 , yaitu:
1.
Menganalisis
kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan
dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa
dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
shalat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja maka perlu
dilakukan latihan untuk rukuk, sujud dan sebagainya.
Setelah kita menganalisis
kebutuhan siswa, maka kita selanjutnya
kita menganalisis karakteristik siswa, baik menyangkut kemampuan pengetahuan
atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa
dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan
cara menganalisis topik-topikmateri ajar yang dipandang sulit.dan karenanya
memerlukan bantuan media.
Pada langkah ini dapat pula
ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan
indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
2.
Merumuskan tujuan instruksional (instructional objective) dengan operasional dan khas
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a.
Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa.
Artinya tujuan instruksional ini
harus benar-benar menyatakan adanya perilaku siswa yang dapat dilakukan atau
diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b.
Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang
operasional.
Artinya kata kerja itu menunjukkan
suatu perilaku atau perbuatan yang dapat diamati atau diukur. Contoh kata kerja
operasional “ mengidentifikasikan sedangkan kata kerja tidak operasionalnya
mengerti”.
3.
Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir
materi adalah dapat dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang
dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun
adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar
mengajar. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya
adalah mengurutkannya dari yang sederhana ke yang rumit.
4.
Mengembangkan arat pengukur keberhasilan
Alat pengukur harus dikembangkan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dari materi-materi pembelajaran yang
disajikan. Bentuk alat pengukurannya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan
atau checklist perilaku.
5.
Menulis naskah media
Naskah media adalah bentuk penyajian
materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari
pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan
tadi. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka
materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut
naskah program media.
Naskah program media adalah sebagai
penuntun dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntun dalam mengambil
gambar dan merekam suara, karena naskah berisi urutan gambar dan grafis yang
perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.
Tahapan dalam pembuatan atau
penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide atau gagasan yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran. Selanjutnya pengimpulan data dan informasi,
penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau
revisi naskah sampai naskah siap dipresentasikan.
6.
Mengadakan tes atau
uji coba dan revisi
Tes atau uji coba dapat dilakukan
baik melalui perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes
lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yangs sesungguhnya dengan menggunakan
media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki
hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dan tes.
B. LANGKAH-LANGKAH PEMANFAATAN MEDIA
BK
Manfaat
yang dapat diperoleh melalui penggunaan media itu sendiri (Latuheru, 1988: 23-24) yaitu antara
lain :
1.
Dapat membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih menarik dan lebih interaktif karena penggunaan media dapat
meningkatkan rasa ingin tahu, sikap positif dan motivasi belajar siswa.
2.
Dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu dan daya indera karena rumit dapat digunakan untuk memanipulasi objek dan
pariwisata antara lain :
a.
Obyek yang berbahaya, yang terlalu
besar, terlalu kecil, terlalu rumit, dapat dipelajari melalui gambar atau model
dengan memperkecil yang berukuran besar, menyederhanakanyang rumit atau
mengatur gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
b.
Peristiwa dan prosedur yang perlu
diamati secara berulang-ulang dalam mempelajarinya dapat direkam, difoto, dan
ditampilkan kembali melalui rekaman.
c.
Dapat memperjelas, menyeragamkan dan
mengefesienkan penyajian materi pembelajaran dengan dapatnya media disiapkan
terlebih dahulu, banyak hal yang dapat dipertimbangkan dan dilakukan untuk
membuat penyajian materi pembelajaran lebih jelas, lebih sistematis dan lebih
efesien.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan penggunaan
media pembelajaran adalah :
a.
Menigkatkan produktifitas pendidikan
b.
Memungkinkan terlaksananya pembelajaran
yang sifatnya lebih individual
c.
Memberikan dasar yang lebih ilmiah
terhadap pembelajaran
d.
Lebih memantapkan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai jenis media yang dapat menyajikan informasi atau materi
pembelajaran secara lebih kongkrit
e.
Memungkinkan belajar secara seketika,
karena dengan media dapat memberikan pengalaman langsung bagi seseorang tanpa
harus terikat atau tergantung pada satu
f.
Memungkinkan penyajian untuk jangkauan
lebih luas, pengkajian untuk objek atau peristiwa penyajian untuk sesuatu yang
sulit dijangkau oleh indera kita, hal ini dilakukan melalui penggunaan media
elektronika dan media massa.
Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang
tujuan pemanfaatan media adalah :
a. Pengajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
b. Bahan
pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
c. Metode
mengajar akan lebih bervariasi, dan
d. Siswa akan
lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Menurut Erlinna tahun 2013 langkah-langkah
pemanfaatan
media adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan
sebelum menggunakan media
a. Mempelajari
petunjuk penggunaan media yang akan digunakan atau mungkin diperlukan buku-buku
khusus tentang cara penggunaan media yang akan digunakan tersebut, terutama
bila dibutuhkan perangkat keras seperti berbagai jenis pesawat proyektor (media
elektronik). Periksalah voltase alat untuk disesuaikan dengan listrik setempat
sebelum menghidupkan alat . Setelah itu , ikuti pentunjuk-petunjuk khusus tiap
alat.
Misalnya OHP ada
petunjuk khusus penempatan layer, pemakaian pesawat yang menghemat lampu OHP ,
cara meletakkan alat , tempat berdiri guru, dll.
b. Semua
peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya, sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak akan terganggu oleh hal-hal yang bersifat teknis.
Perhatikan
pengaturan ruang maupun pebelajar , bila media akan digunakan secara kelompok,
penempatan media diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan semua pebelajar
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
2. Pelaksanaan
penggunaan media
Pada
saat kegiatan belajar dengan menggunakan media berlangsung, hendaknya dijaga
agar suasana tetap terjaga . Keadaan tenang tidak berarti pebelajar harus duduk
diam , yang penting perhatian pebelajar tetap terjaga.
Bila
hendak menggunakan pesawat proyektor yang memerlukan kegelapan ruang , usahakan
agar siswa masih
dapat menulis , sehingga masih mungkin membuat catatan yang perlu . Misalnya dalam proses pembelajaran
pengajar masih perlu menambahkan penjelasan yang harus ditulis dipapan tulis
atau di transparansi , usahakan agar siswa tidak terhalang oleh posisi berdiri pengajar.
3.
Evaluasi
Tahap
ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, selain
untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui media. Untuk itu
perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh pebelajar sebagai umpan balik .
Kalau ternyata tujuan belum tercapai, maka pengajar perlu mengulangi sajian
program media tersebut
e.
Tindak lanjut
Dari umpan balik yang diperoleh
, pengajar dapat meminta siswa untuk memperdalam sajian dengan berbagai cara ,
misalnya : diskusi tentang hasil tes , mempelajari referensi dan membuat
rangkuman , melakukan suatu percobaan , observasi dll.
KEPUSTAKAAN
Arief S. Sadiman, dkk. 2002. Media
Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Erlinna. 2013. langkah-langkah
pemanfaatan
media (online). https://erlinna.wordpress.com/pengetahuan/101-2/. Diakses 23 Maret 2015.
John D. Latuheru . 1988. Media
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar masa kini. Jakarta: P2LPK.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2013. Modul implementasi program BK dalam kurikulum 2013.
Muhammad Rohman dan Sofan Amri . 2013. Strategi
dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Wina Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Wina Sanjaya. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar